“Bola Panas” GKR (terus) “Ditendang”, Malut United FC Bakal Pindah Kandang?

“Bola Panas” GKR (terus) “Ditendang”, Malut United FC Bakal Pindah Kandang?
Stadion Gelora Kie Raha (GKR) saat direnovasi. (Foto: Istimewa)

Polemik berkaitan dengan status Stadion Gelora Kie Raha (GKR), rupanya membuat jengah manajemen Malut United FC, klub yang saat ini menggunakan stadion itu sebagai venue laga kandang mereka di ajang sepakbola, kompetisi Liga Super Indonesia. Pindah kandang keluar dari Ternate pun jadi opsi terbaru klub.

Ternate, Pijarpena.id

Malut United FC, klub sepakbola yang kini jadi kebanggaan warga Provinsi Maluku Utara (Malut) dan Maluku itu, dikabarkan bakal pindah kandang di luar Maluku Utara alias meninggalkan Stadion Gelora Kie Raha (GKR).

Polemik status GKR Ternate yang terus bergulir seperti “bola panas yang ditendang” serta ramai diperbincangkan dan jadi konsumsi publik akhir-akhir ini, dianggap merugikan tim berjuluk Laskar Kie Raha itu.

Wakil Manager Malut United FC, Mochammad Asghar Saleh pun angkat bicara terkait polemik ini. Menurutnya, saat Memorandum of Understanding (MoU) untuk kepentingan renovasi dibuat awal tahun 2024, status GKR adalah milik Pemkot sebagaimana penjelasan yang didapat PT Malut Maju Sejahtera (MMS), perusahaan yang menaungi klub tersebut.

Baca pula:  Menteri ATR/BPN Komitmen Percepatan Sertifikasi Tanah dan RDTR Maluku Utara

“Kita lakukan renovasi karena GKR diklaim sebagai aset Pemkot Ternate. Kita berani keluarkan dana besar karena ada penjelasan Pemkot dan semua diatur dalam MoU. Soal belum adanya sertifikat kepemilikan, seharusnya jadi kewenangan Pemkot karena ini aset mereka,” katanya dalam rilis yang diterima media ini, Selasa (18/08/2025).

Dikatakan Asghar, biaya renovasi sepenuhnya murni menggunakan dana PT MMS tanpa sepeserpun dana pemerintah yang digunakan.

“Tujuan kita renovasi adalah untuk bermain di Ternate. Kita ingin Malut United pulang ke rumahnya di Maluku Utara. Sejak awal kan tim ini dibentuk untuk membahagiakan warga yang butuh tontonan sepakbola. Biar Malut United jadi kebanggaan,” ungkapnya.

Asghar menyebut, Malut United juga memiliki visi dan rencana besar untuk membangun sepakbola di level usia dini. Saat ini Training Ground sedang dibangun.

Bahkan, sudah 90 persen proses kerjasama dengan Benfica Portugal yang merupakan salah satu akademi sepakbola elit di dunia. Dan di 2026, Akademi Malut United untuk usia 8-12 tahun, mulai berjalan.

Baca pula:  Ini Punggawa Malut United FC yang Dipastikan Absen Lawan PSIM Jogja

“Prioritas kita ke anak yatim piatu dan mereka yang tidak mampu. Targetnya harus ada anak Maluku Utara yang bermain di kompetisi Eropa. Jadi bukan cuma tentang Liga 1 (atau Liga Super). Ini tentang sepakbola yang bersaing di level dunia,” sebut pria yang akrab disapa Gaco itu.

Lanjutnya, dulu Stadion GKR yang jadi aset pemerintah ini tidak terurus. Penuh semak belukar. Rumput dan lapangannya seperti kubangan kalau hujan. Tribunnya terlihat akan roboh. Tak ada satu pihak pun yang mengklaim ini miliknya.

“Mengapa setelah kami bangun, jadi bagus dan digunakan tiba-tiba jadi masalah? Kemana mereka selama ini yang hari ini menyulut polemik?” tanya Asghar.

Di level nasional, GKR hasil renovasi selalu dipuji publik sepakbola tanah air sebagai salah satu stadion dengan kualitas terbaik. Nama Ternate dan Maluku Utara terdongkrak dan jadi salah satu destinasi sepakbola nasional. Ironisnya, di bumi sendiri, status Gelora Kie Raha justru terus dipertanyakan dan diperdebatkan.

“Kami tak ingin GKR jadi motif politik. Tak ada urusan kami dengan politik. Malut United hanya fokus mengurus sepakbola,” tegasnya.

WhatsApp Channel PIJARPENA.ID