Jadi Saksi Bisu Sejarah di Makian, Begini Kondisi Fort Wailoa Kini

Jadi Saksi Bisu Sejarah di Makian, Begini Kondisi <i>Fort Wailoa</i> Kini
Titik-titik yang diidentifikasi lokasi Benteng Tabulolo, Desa Wailoa, Kecamatan Pulau Makian, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. (Foto: Rudi Ruhiat/SALOI.ID)

Pulau Makian, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Provinsi Maluku Utara (Malut) banyak menyimpan jejak sejarah kehadiran kolonial pada periode awal perdagangan rempah-rempah. Ini dilihat dari banyaknya benteng dimana salah satunya Benteng Tabulolo atau yang dikenal Fort Wailoa.

Ternate, Pijarpena.id

Benteng Tabulolo atau yang oleh pihak Belanda dinamakan Fort Tabillola, tak hanya mencerminkan kejayaan masa lalu, tetapi juga menyimpan kisah perlawanan dan pengaruh kolonial di Nusantara.

Secara administratif, benteng ini berada di Desa Wailoa Kecamatan Pulau Makian. Meski demikian lokasi benteng cukup jauh dari pemukiman penduduk yang berjarak sekitar 50 meter dari pantai.

Dibangun di atas perbukitan di sisi tenggara Pulau Makian dengan panorama laut yang menawan, benteng ini tidak hanya menjadi simbol pertahanan yang kokoh, namun juga bukti daya tarik bangsa Eropa akan sumber utama produksi cengkeh di Pulau Makian yang menjadi rebutan kala itu.

Baca pula:  Dinkes Diminta Intens dan Profesional Kawal Program MBG di Ternate

Dilansir dari DeVOCSite, Benteng Tabulolo adalah benteng terbesar ketiga yang dibangun di Pulau Makian setelah Benteng Mauritius dan Zeeburg di desa Ngofakiaha, Benteng Poewatie (Desa Gitang) dan Tafaco atau Fort De Zeven Provintiƫn (Tafasoho).

Tidak diketahui secara pasti kapan benteng ini dibangun. Namun berdasarkan catatan Belanda tahun 1612, benteng ini dibangun diatas eks benteng Portugis kuno oleh VOC.

Dari dokumen Belanda yang dibuat pada tahun 1651 oleh Johannes Nessel tampak jelas bentuk benteng Tabulolo merupakan jenis redoubt atau bangunan berbentuk segi empat yang dilengkapi dengan embrasure atau ceruk meriam pada setiap sisi dinding bagian atas.

Baca pula:  Dilantik Mendikti Saintek, Abdullah Jabid Resmi Jabat Rektor Unkhair

Terdiri dari dua bastion (ujung benteng) yang masing-masing berada di bukit yang tinggi. Bastion-bastion ini terpisah dan tidak dapat saling berhadapan.

Dijelaskan, setiap Bastion memiliki sumurnya sendiri di pantai. sumur tersebut tersembunyi di antara pepohonan dan semak-semak.

Lalu pada tahun 1636, dipugar kembali oleh wali Belanda ke-9, Jan Van Broekom bersama 19 pasukannya. Dan kemudian pada tahun 1660 ditelantarkan karena tidak ada pasokan air bersih.

Jenis benteng ini juga sering ditingkatkan penggunaannya karena sering pula difungsikan sebagai gudang komoditi atau Blokhuis.

WhatsApp Channel PIJARPENA.ID